Rabu, 23 Juli 2008

Telah Tersedia Bibit Produktif Jarak Pagar

Tanaman jarak memiliki prospek masa depan yang menjanjikan sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak bumi.

JAKARTA, RABU - Bibit produktif tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) yang selama ini ditunggu petani telah dikembangkan badan penelitian dan pengembangan perkebunan Departemen Pertanian. Panen dari bibit tersebut menghasilkan 8-9 ton biji jarak pagar per hektar.

Bibit berkode IP-3 itu kini masih dalam pengembangan. Jenis bibit yang bisa diperoleh baru IP-2, yang menghasilkan 5-6 ton biji jarak per hektar tanaman.

Hal itu dikatakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Departemen Pertanian Syakir di sela-sela International Jatropha Conference yang diadakan Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Selasa (24/6) di Bogor.

Syakir mengatakan, yang dikembangkan adalah bibit induk, bukan bibit sebar. Untuk mempercepat pemassalan, pemerintah daerah atau perguruan tinggi dapat mengembangkan di daerah agar mudah diakses masyarakat. Bibit ini telah dicoba di kebun Sinar Mas Energy Alternative.

Menurut Kepala Penelitian dan Pengembangan Bioenergi Sinar Mas Energy Alternative Roy Hendroko, daya tahan IP-3 terhadap hama belum tercapai.

Butuh perawatan


Baik Syakir maupun Roy menyayangkan berkembangnya informasi keliru, seakan-akan tanaman jarak dapat tumbuh bagus di lahan marjinal tanpa perawatan.

Menurut Roy, tanaman jarak juga harus dipupuk dan cukup air. Hama juga harus diantisipasi. ”Petani akan kecewa karena bisa jadi bibit yang disebar jenis jarak lanang. Bijinya sedikit, daunnya yang banyak,” ujarnya. Selain informasi yang benar tentang pemeliharaan jarak pagar, pemerintah diharapkan bersikap jelas soal pasar.

Sementara itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menyatakan siap membeli dari petani. ”Berapa pun jumlahnya akan kami beli. Harga saat ini sekitar Rp 500 per kilogram,” kata Direktur CSR PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk Kuki Permana.

Petani perlu 1,5-2 tahun sebelum panen pertama dan seterusnya 2-3 kali panen setahun. Pengembangan potensi jarak pagar mensyaratkan komitmen dan dukungan pemerintah. ”Pihak swasta sejauh ini berjalan sendiri-sendiri,” katanya. Justru anggaran penelitian di berbagai bidang, termasuk puslitbangbun, dipotong 10-15 persen.

”Dedikasi peneliti sangat baik, lahan mendukung, peminat bahan bakar nabati juga tinggi, tetapi justru dukungan pemerintah untuk penelitian dan pengembangan masih sangat minim,” kata Rektor IPB Herry Suhardiyanto. (GSA/KOMPAS)

0 komentar: